Keluh Kesah Seorang Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa sosiologi semester 5 yang belum tahu lulus akan jadi apa. Dua setengah tahun belajar sosiologi, saya kira akan memberikan arahan kepada saya kedepanya akan jadi apa, ternyata sama saja seperti pada saat maba. Masih belum tahu akan jadi apa. Saya adalah siswa lulusan SMK jurusan teknik gambar mesin yang lanjut ke prodi sosiologi, karena alasan buta warna dan tidak bisa lanjut ke jurusan teknik. Masuk prodi sosiologi dengan harapan akan jauh dari angka dan metematika. Sepertinya kebanyakan mahasiswa prodi sosiologi menghindari angka dan matematika. Namun faktanya dalam sosiologi pun bertemu dengan angka lagi dalam bentuk statistik dan tektek bengeknya.

Lewat apa yang saya lihat dilapangan, spesifiknya di angakata saya, hampir semua menempatkan sosiologi pada pilihan kedua. Karena kebanyakan mereka juga juga tidak tahu tentang prospek kerja lulusan sosiologi. Bahkan dalam survei, jurusan paling disesali setelah mahasiswa lulus. Sosiologi berada diurutan kedua dengan presentase 72% berada dibawah jurusan jurnalistik.

Awal masuk sosiologi saya sama sekali tidak paham tentang apa itu sosiologi. Hal itu karena sebelumnya sekolah di jurusan teknik yang sangat jarang mendapatkan pengetahuan tentang ilmu sosial, lebih banyak untuk prakteknya. Namun setelah 5 semester menggeluti sosiologi, sudah sedikit paham tentang sosiologi. Setidaknya sekarang saya tahu istilah-istilah baru yang orang awam tidak tahu. Sekarang saya dapat ngobrol dengan menggunakan konsep-konsep yang diwariskan dari para simbah mulai klasik, kontemporer, sampai postmodern. Kini saya dapat terlihat lebih pintar dengan istilah yang ndakik-ndakik tersebut. Tapi apa gunanya selain terlihat keren dan intelektual.

Para dosen selalu berkata bahwa sosiologi itu sangat luas. Kalian dapat bekerja di mana saja. Justru hal itu lah yang membuat bingung. Terlalu luas sehingga tidak ada tujuan yang spesifik. Ilmu yang dipelajari sangat luas, mulai dari yang terkecil dalam keluarga sampai yang sangat luas tentang negara. Saya merasa iri dengan jurusan teknik yang dapat menciptakan penemuan dan hal-hal baru. Sedangkan dalam sosiologi isinya hanya membaca, menulis, dan penelitian. Sosiologi selalu “di-anak tiri-kan”. Walaupun hasil dari berbagai penemuan ada campur tangan dari ilmu sosiologi. Namun yang menjadi sorotan tetap engineering-nya. Saya pernah membaca di artikel yang dimuat di mojokdotco. Bahwa tidak ada yang bisa dibanggakan dari mahasiswa sosiologi, selain punya simbah terkenal bernama Karl Marx.

-Devanka Riske

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *