Di dalam menjalani kehidupan sehari-hari, interaksi sosial menjadi hal yang tidak akan terlewatkan. Mulai dari interaksi bersama orang tua, saudara, teman, di media sosial, dan orang yang sekalipun tidak kita kenali sebelumnya. Dalam menjalani interaksi, terkadang dapat memicu perdebatan atas topik yang sedang dibahas. Perdebatan memanglah hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari manusia. Tidak ada yang salah dengan perdebatan. Perdebatan justru mampu meningkatkan kemampuan cara berpikir kritis. Perdebatan dikatakan salah jika seseorang yang berdebat memberikan pendapat yang bersifat menyerang personal lawan debat. Hal itu secara tegas dikategorikan sebagai logical fallacy (sesat pikir).
E. Sumaryono dalam bukunya ”Dasar-Dasar Logika” (1999) memberikan definisi mengenai logical fallacy sebagai proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya salah arah, tidak logis, dan menyesatkan. Terdapat banyak sekali bentuk dari logical fallacy ini, salah satu diantaranya adalah ad hominem. Secara sederhana, ad hominem merupakan upaya yang dilakukan oleh seseorang saat melakukan debat, dengan menyerang karakter lawan tanpa mementingkan substansi dari pembahasan. Sehingga isi dari perdebatan tidak bermanfaat melainkan menimbulkan permasalahan.
Sebagai contoh, kita seringkali melihat bagaimana fenomena ad hominem terjadi di media sosial, di Instagram misalnya. Kolom komentar suatu postingan menjadi wadah terjadinya perdebatan. Tidak sedikit orang-orang di media sosial berdebat di kolom komentar namun tidak sebagaimana mestinya. Alih-alih argumen kritis dalam perdebatan, penyerangan personal lawan menjadi jalan keluar.
Pada akhirnya, ad hominem bukanlah sebuah cara yang dapat menyelesaikan masalah. Namun mempermburuk keadaan dengan memunculkan masalah baru. Salah satu masalah yang ditimbulkan adalah telah membuat sakit hati lawan debat. Dalam melakukan perdebatan, kesalahan saat berargumentasi sudah menjadi hal yang biasa rasa-rasanya. Selagi tidak menyerang personal lawan debat. Berbeda dengan situasi jika argumentasi yang dilontarkan adalah dengan menyerang personal. Dengan begitu, penting dari setiap kita untuk berargumen secara kritis dan sesuai dengan topik yang sedang dibahas.
-Daniel Bakti Sianturi
Referensi