Bulan Ramadan menjadi suatu bulan suci sekaligus menjadi ibadah yang dinanti-nantikan oleh saudara muslim kita yang terkasih. Pasalnya saat bulan Ramadan, umat muslim menjalankan puasa dalam segala hal, baik menahan rasa lapar, haus, dan menahan hawa nafsu sekalipun. Inilah yang kemudian menjadi ibadah bagi umat muslim karena harus melaksanakan puasa dalam bulan suci Ramadan. Maksud dan tujuan dari ibadah puasa di bulan Ramadan ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperoleh pahala bagi yang menunaikan.
Berbicara mengenai bulan Ramadan, di Indonesia sendiri berburu takjil adalah salah satu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dengan momentum Ramadan. Bagi beberapa orang, mereka memanfaatkan bulan Ramadan ini untuk berbisnis kecil-kecilan untuk menjual makanan maupun minuman sebagai hidangan saat buka puasa. Bagi beberapa orang lainnya, mereka memanfaatkan fenomena berburu takjil untuk teman makan saat buka puasa. Mereka tidak perlu lagi bingung dan dibuat lelah untuk mempersiapkan buka puasa, cukup membeli takjil sesuai dengan apa yang diinginkan. Melihat itu, faktanya masyarakat Indonesia sangat antusias dengan fenomena berburu takjil tersebut, sebagian orang memanfaatkan untuk berbisnis, sebagian lainnya memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan buka puasa.
Saat menjelang buka puasa, tidak sedikit orang yang berburu takjil sebagai hidangan untuk berbuka puasa. Baik dalam bentuk makanan berat atau hanya kudapan semata, tergantung keinginan seseorang. Namun disamping itu semua, terdapat salah satu permasalahan yang serius jika tidak dipertimbangkan oleh masing-masing individu atas fenomena berburu takjil. Baik bagi para pelaku bisnis maupun pembeli. Persoalannya adalah plastik sekali pakai. Plastik sekali pakai kerap sekali digunakan oleh para pelaku bisnis sebagai wadah atau pembungkus makanan dan minuman yang dijual. Kurangnya kesadaran akan dampak negatif yang ditimbulkan menjadi salah satu indikator mengapa penggunaan plastiksekali pakai masih marak digunakan. Selain itu, tidak sedikit juga para pembeli yang menyadari dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan plastik sekali pakai terhadap lingkungan. Dengan kata lain, menurut hemat saya masih banyak pelaku bisnis maupun konsumen yang sama-sama tidak menyadari bahaya plastik sekali pakai.
Sejatinya, meski bukan bulan Ramadan sekalipun, permasalahan plastik sekali pakai tetap menjadi isu sentral dalam konteks permasalahan lingkungan di Indonesia. Penggunaan plastik sekali pakai telah menjadi gaya hidup bagi masyarakat Indonesia. Dilansir dari salahsatu artikel Citarum Harum Juara, penggunaan plastik sekali pakai di Indonesia terhitung sebanyak 182,7 miliar tiap tahunnya. Jika demikian, bukankah hal tersebut telah menjadi suatu gaya hidup bagi masyarakat Indonesia?. Ditambah lagi dengan fenomena berburu takjil di Indonesia, penggunaan plastik menjadi semakin marak. Maka dari itu, selain daripada melakukan puasa dari segala hawa nafsu, marilah kita juga puasa plastik sekali pakai di bulan yang penuh berkah ini. Apapun hal yang kita lakukan dalam puasa plastik, meski berkontribusi kecil, hal itu akan berdampak baik bagi lingkungan.
Selain itu, penggunaan plastik sekali pakai tidak hanya berdampak bagi lingkungan semata. Jika kembali dalam konteks berburu takjil, penggunaan plastik sekali pakai memungkinkan adanya mikroplastik pada makanan atau minuman yang dibeli. Hal ini tentunya tidak hanya berimplikasi pada sisi lingkungan saja akan tetapi juga berimplikasi pada kesehatan seseorang. Pasalnya mikroplastik ini sangat berbahaya jika terkontaminasi dengan tubuh manusia. Efeknya bisa mengalami penyakit kanker hingga tumor. Kecilnya partikel dari plastik ini juga menyebabkan banyak orang tidak menyadari bahayanya menggunakan plastik sekali pakai terlebih digunakan sebagai pembungkus makanan. Agar terbayangkan, ukuran mikroplastik tersebut hanyalah 5mm saja. Seakan-akan tak kasat mata. Maka dari itu, dalam konteks ini, penting adanya kesadaran dari masing-masing individu mengenai dampak bahaya plastik bagi lingkungan dan bagi tubuh jika mengkonsumsi makanan atau minuman yang dibungkus dengan plastik.
Berangkat dari fenomena yang sudah disampaikan di atas, tibalah saatnya bagaimana caranya untuk memikirkan solusi atas permasalahan yang ada. Solusi yang paling mudah ialah dengan membawa wadah pribadi yang bukan berbahan plastik. Seperti tempat makan atau minuman yang dapat digunakan kembali. Intinya tidak hanya sekali pakai. Dengan begitu, kita tidak lagi bergantung pada plastik serta kita dapat menekan angka penggunaan plastik yang ada, dan tentunya telah mengamalkan nilai-nilai peduli terhadap lingkungan.
Penulis: Daniel Bakti Sianturi