Search

Ketika Semua TV Swasta Seolah Berjilbab dan Halal

Bernas Jogja, Selasa 7 Agustus 2012

Oleh : Dina Listiorini

Bulan Ramadhan dimaknai oleh umat Islam di seluruh dunia sebagai bulan yang suci, di mana semua umat berharap mendapatkan kemuliaan dan kebersihan jiwa serta ampunan dari Allah SWT dengan beribadah secara khusyu di bulan tersebut. Pada masyarakat modern pemaknaan tersebut menjadi berlipat ganda terutama bila dikaitkan dengan fenomena budaya media populer. Bulan puasa tidak sekedar dimaknai sebagai bulan penuh berkah secara agamawi bagi umat pemeluknya, namun juga bulan penuh berkah bagi industri media dari hulu sampai ke hilir, termasuk semua produk konsumen. Mulai dari produk makanan dan minuman, alat komunikasi, restoran cepat saji sampai perbankan semua berlabel Islam, Syariah, Ibadah dan seolah-olah semuanya halal.

Ramadhan memang menghebohkan. Semua permasalahan yang muncul di masyarakat dikaitkan dengan hal tersebut. Dimulai dengan berita mengenai perbedaan pendapat waktu untuk memulai puasa yang ditandai dengan sholat tarawih. Semua media massa baik konvensional dan on line beradu opini dan narasumber mengenai hal ini, dan diramaikan pula di jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Ragam isu bertebaran, mulai dari isu kenaikan bahan pokok, daging dan bumbu dapur sampai pemberitahuan dari pihak Front Pembela Islam (FPI) yang akan mengadakan sweeping anti kemaksiatan di berbagai kota.

Semua Televisi Beragama Islam

Berbicara mengenai bulan Ramadhan tidak lengkap rasanya tanpa memperbincangkan tayangan televisi, terutama TV swasta yang bersiaran secara nasional. Mereka betul-betul memanfaatkan momen di bulan suci ini. Semua program televisi mendadak berubah jadwal. Muncul berbagai program baru yang hanya ada setahun sekali. Program-program baru ini diprioritaskan tayang pada sore hari menjelang buka puasa dan dini hari menjelang sahur. Beberapa program baru yang diputar sekitar pukul 3.30 sampai 6 sore dengan durasi waktu yang berbeda-beda antara lain Mantap Ngabuburit di ANTV, Olga Pengen Insyaf di RCTI Oase Ramadhan yang sebelumnya didahului oleh Ensiklopedia Islam di Metro TV, Ngabuburit yang dilanjutkan dengan program Nilai Kehidupan di Trans TV, Bukber di Trans7, Tabliq Akbar di TV One, SCTV memiliki tiga program berurutan di sore hari yakni SM*SH Ngabuburit dilanjutkan dengan Mengetuk Pintu Hati dan sinetron Para Pencari Tuhan sebagai siaran ulang dari siaran pertama yang dijadwalkan tayang dini hari. Di malam hari SCTV memproduksi Gema Ramadhan 2012. Sedangkan pada dini hari terdapat beragam hiburan yang dimulai sekitar pukul 3 dinihari sampai pukul 5 seperti sinetron berseri Tukang Bubur Naik Haji dan Kampung Bejo di RCTI yang berselang-seling dengan program tayangan langsung bola luar negeri. Metro TV memiliki program Humor Sahur yang diikuti Tafsir Al Misbah dan Inspirasi Ramadhan. Trans7 memodifikasi program rutin Opera Van Java (OVJ) menjadi OVJ Sahurnya Indonesia diikuti Musafir, Jazirah Islam dan Khazanah. ANTV bahkan memulai program sahur sejak pukul 1 dengan Jejak Rosul, Ramadhan di Masjidil Haram dan Sahur Bareng Mamah. TV One memiliki program live Radio Show Sahur dan Indosiar memiliki program Sahur Bersama Srimulat.

Semua program yang dikemas oleh berbagai TV swasta yang bersiaran secara nasional ini memiliki konsep isi yang beragam. Sebagian berbentuk ceramah dengan menghadirkan ulama terkenal seperti acara Tafsir Al Misbah dan Oase Ramadhan di Metro TV atau Sahur Bareng Mamah di ANTV, berbentuk feature seperti Jejak Rosul dan Ramadhan di Masjidil Haram di ANTV, Jazirah Islam di Trans7 dan Ensiklopedia Islam di Metro TV. Selebihnya murni hiburan seperti Olga Ingin Insyaf di RCTI, Ngabuburit di Trans TV, SM*SH Ngabuburit di SCTV, Sahur Bersama Srimulat di Indosiar, OVJ Sahurnya Indonesia di Trans7. Tak tanggung-tanggung, pihak TV pun berani membuat program live seperti Radio Show Sahur di TV One, dan Kampoeng Ramadhan di Global TV berupa pertunjukan panggung yang isinya kombinasi antara ceramah dan nyanyian yang berlokasi di berbagai kota. Tayangan di bulan puasa menjadi menarik, sebab mengacu pada riset AGB Nielsen 2011, penonton TV melonjak lebih dari enam kali lipat dari rata-rata 2 juta orang pada bulan lalu menjadi rata-rata 12,2 juta orang khususnya pada tayangan dini hari. Tentu saja hasil perhitungan ini lebih dari cukup bagi TV swasta untuk membuat program tayangan spesial yang kurang lebih serupa tiap tahunnya.

Hal yang kurang lebih sama terjadi pada  iklan produk di TV pada bulan Ramadhan. Produk-produk makanan dan minuman semuanya seolah bersaing bagi penonton untuk dikonsumsi secara khusus selama sebulan. Tema keluarga, persahabatan dan kebersamaan menjadi topik umum yang dipertontonkan dalam iklan tersebut. Buka Puasa Sama Siapa Hari Ini? Kata-kata tersebut adalah tagline dari iklan produk makanan fast food yang sangat terkenal. Iklan tersebut menggambarkan keluarga besar yang nampaknya dari kakek, nenek, ayah, ibu, tante, anak dan keponakan yang jumlahnya puluhan berbuka puasa bersama dengan makan di gerai makanan cepat saji tersebut. Produk lain seperti sirup, biskuit, mentega sampai mi instan semuanya dikaitkan dengan fase sahur atau buka puasa. Tentu saja busana para bintang iklannya menyesuaikan: berkerudung, baju koko dan peci.

Tak kalah serunya adalah iklan produk kartu seluler dari berbagai provider. Kenapa Manusia Semakin Sulit Digoda? Ini menggambarkan representasi keluarga “Setan Jawa” dengan setting ibu setan mengeroki suaminya yang mengeluh bahwa ia tidak mendapat “rejeki” gara-gara tidak mudah menggoda manusia di bulan puasa. Usut punya usut, ternyata manusia memiliki telepon genggam yang berisikan paket khusus bulan Ramadhan berupa pesan religius, waktu sholat, sahur dan berbuka dari sebuah kartu seluler. Hal yang kurang lebih sama dilakukan sebuah provider dengan program Paket Internetan Sahur. Keriuhan iklan provider ini akan berlangsung hingga Hari Raya Idul Fitri biasanya dengan paket mudik lebaran atau paket pulang kampung dengan banyak program gratis.

Komodifikasi Religi

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah “Apakah tayangan Ramadhan di TV relevan dengan proses ibadah umat Islam?” Melihat berbagai tayangan menjelang buka dan sahur tersebut bisa diduga jawabannya : tentu tidak. Anggota DPRD Padang melalui situs online Republika mengeluhkan minimnya nilai-nilai religi di tayangan Ramadhan. Hal ini bisa dipahami ketika para artis di program buka dan sahur mengenakan busana muslim hanya sebatas hiasan belaka. Perilaku seperti saling peluk, tertawa cekikikan, saling cubit antar artis yang jelas bukan muslim dianggap meresahkan. Belum lagi kuis dari berbagai produk dengan nilai ratusan ribu sampai jutaan rupiah saat tayangan yang kerap dinilai sebagai “judi”.

Hari-hari besar agama seperti Ramadhan dan Natal memang selalu menginspirasi industri media dalam memproduksi program yang bersaing di pasaran. Menjelang Natal, hampir semua serial TV di Amerika memproduksi beberapa seri Natal. Seperti serial NCIS (episode False Witness, 2010 dan Newborn King, 2011), Ugly Betty (episode  Giving Up the Ghost, 2007 dan Be-Shure, 2009)  dan How I Met Your Mother (episode Symphony Illumination, 2011). Hal serupa terjadi di Mesir dengan program TV yang disebut Fawazir Ramadan. Program ini merupakan tayangan komedi yang diselingi tarian dan nyanyian dan berjalan sejak tahun 1980. Walter Armburst dalam tulisannya Synchronizing Watches: The State, The Consumer, and the Sacred Time in Ramadan Television (2006) menjelaskan bahwa program Fawazir Ramadan di televisi Mesir berhasil menyatukan tiga kepentingan besar yakni antara kepentingan komersial (masuknya sponsor iklan yang semakin besar tiap tahunnya serta dipandu host perempuan yang setiap tahun makin bergaya ala Barat tanpa jilbab) dengan kepentingan ritual Islam (adzan Magrib atau Isya yang ditayangkan di tengah-tengah program) dan kepentingan politik (melalui sindiran komedi yang masih bisa diterima).

Fenomena yang kurang lebih sama terjadi di Indonesia ketika acara buka bersama para politisi tidak hanya ditayangkan melalui jalur berita seperti Seputar Indonesia (RCTI) atau Liputan 6 (SCTV) tapi juga di program infotainment seperti Insert (Trans TV) dan Hot Shot (SCTV). Cukup mengejutkan data dari AGBNielsen Indonesia tahun 2011 menyebutkan bahwa belanja iklan pada program-program religi termasuk yang tayang di bulan puasa disumbangkan oleh kategori Pemerintah dan Organisasi Politik, dengan 582 spot sejumlah 6,4 milyar. Jauh di atas iklan perawatan rambut dan telekomunikasi yang hanya 4 milyar.

Hal ini menjelaskan bahwa kemasan religius dalam perayaan agama apapun dan di manapun di  industri media tak lebih dari permainan berbagai kepentingan di luar esensi agama itu sendiri.  Gothals (1981) dalam bukunya The TV Ritual: Worship at the Video Altar mengatakan bahwa kehidupan manusia yang kompleks pada akhirnya membawa perjalanan manusia kepada sebuah transformasi dan metamorfosa yang berbentuk imaji dan keyakinan: dari Tuhan menjadi benda, dari keselamatan menjadi sabun (from God to goods, from salvation to soap). Selamat datang di industri media!

Dina Listiorini adalah staf pengajar FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

 

 

Search
Categories