Search

“Payung Hitam” Diputar di FISIP UAJY

Yogyakarta–Pemutaran film “Payung Hitam” karya sutradara Chairun Nissa akan digelar di Auditorium FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari 6, pukul 14.00 WIB. Pemutaran film ini dibuka untuk umum. Pendaftaran bisa melalui SMS 085-220-328-076, dan tersedia sertifikat bagi penonton.

Film berdurasi sekitar tiga puluh menit ini, menceritakan perjuangan dua orang yang mencari keadilan dan melawan lupa.

Cerita berawal dari tokoh Neneng, 35 tahun, salah seorang warga Rumpin, yang tanah miliknya seluas 1.000 hektare diambil secara paksa oleh Angkatan Udara pada 2007. Selain itu ada juga kisah Sumarsih, 57 tahun, orangtua Wawan—mahasiswa Atma Jaya korban penembakan pada era reformasi, yang hingga kini kasusnya belum ditindaklanjuti—Chairun Nissa menjelaskan keduanya bertemu pada satu Kamis pada aksi diam.

Pasalnya, setiap hari itu, pejuang dari berbagai kasus mulai era `65 hingga kini, selalu berdiri di depan istana, memegang payung hitam, dan membawa berbagai pesan untuk disampaikan ke Kepala Negara.

Kedua tokoh ini mewakil sekian banyak pejuang yang menuntut keadilan dan melawan lupa. Neneng adalah seorang petani dan ibu rumahtangga dengan lima orang anak. Peristiwa pada 2007 itu menjadikannya seorang aktivis yang mencari tahu tentang advokasi hukum dan hak-hak kemanusiaan.

Sosoknya menjadi refleksi pembelajaran warga Rumpin lainnya. Pasalnya, Neneng kerap mendapatkan informasi guna melakukan aksi-aksi untuk mengungkap kasus Rumpin.

Sementara Sumarsih merupakan pensiunan pegawai DPR yang sisa hidupnya gunakan untuk memperjuangan kasus anaknya yang tidak pernah ada kejelasan dari negara. Hampir 13 tahun Sumarsih berjuang melawan lupa mengalami berbagai macam tindakan dan tanggapan yang mendukung dari berbagai pihak.

Sumarsih juga mempelopori kegiatan kamisan dengan memakai baju hitam setiap kegiatannya. Ia selalu hadir di depan istana untuk menyuarakan keadilan. Sampai pertemuan keduanya di kamisan, menjadi agenda kehidupan keseharian mereka yang tidak akan pernah selesai sampai keadilan mereka dapatkan.

Film ini diproduksi tahun 2011 oleh Peace Womwn Across the Globe, dan pemutaran perdananya didukung oleh Kontras, Yayasan Kalyanamitra, dan Ine Febriyanti, dalam rangka 16 hari kampanye anti kekerasan terhadap perempuan. [mb]

Search
Categories