Search

Tarian Kuda dalam Budaya Popular Indonesia

Bernas Jogja, 25 September 2012

Oleh Ike Devi Sulistyaningtyas

Tarian kuda rupanya sedang digandrungi di banyak negara, tak terkecuali di Indonesia. Tarian kuda yang dimaksudkan adalah tarian  yang dibawakan oleh Psy, seorang penyanyi dari Korea dalam  “Gangnam Style”, dan tengah popular di dunia. Bahkan dalam sebuah pemberitaan online disebutkan bahwa tarian gangnam style mampu membuat Psy dikontrak oleh perusahaan rekaman dunia, yang menaungi penyanyi sekelas Bon Jovi dan Mariah Carey. Para artis Hollywood disinyalir juga sedang gemar tarian kuda ini, bahkan Britney Spears, Vanessa Hudges, Josh Groban, dan Robbie Williams menyatakan terhibur dengan tarian ini, dan ikut menyebarkan tautan di youtube serta berjoget ala Psy.

Di Indonesia, tarian ini bahkan mampu menghebohkan suasana yang diadakan di  bundaran Hotel Indonesia Jakarta, dalam acara car free day yang diselenggarakan pada hari Minggu (9/9).  Peristiwa tersebut bermula dari lima remaja yang menarikan gerakan tarian kuda dengan memperdengarkan lagu “Gangnam Style” dari Psy ini, kemudian sukses mengajak 995 orang lain disekitar area bundaran HI  untuk mengikuti gerakan tarian tersebut secara serempak. Kemampuannya menggerakkan massa yang cukup besar ini, menandai bahwa gangnam style menjadi budaya baru yang fenomenal.

Jika mengikuti perkembangan budaya mengenai tarian yang menganalogikan gerakan kuda, sebenarnya di Indonesia telah berpuluh-puluh tahun memilikinya jenis tarian tersebut, seperti  kuda lumping atau jaran kepang. Gerakan dalam tarian kuda lumping atau jaran kepang justru lebih variatif dan beraneka ragam. Jaran kepang dalam konteks budaya Jawa merefleksikan kepahlawanan pasukan berkuda, yang dituangkan dalam gerakan-gerakan kuda yang dinamis. Selebihnya tarian jaran kepang mengandung dasar magis yang sarat mistik. Bahkan memunculkan nilai ritual berupa kekuatan sebagai penolak bala dan penghindaran dari bencana. Menengok betapa agungnya budaya yang kita miliki, maka muncul pertanyaan besar  mengapa kita seolah-olah sedang terperangah dan terbuai oleh sebuah tarian  sejenis yang mengadaptasi gerakan kuda, sebagai sebuah kebaruan budaya yang kita terima dalam gangnam style ?

 

Budaya Popular

Diskusi mengenai seni dan perkembangannya memang sangat unik. Keunikannya membawa kita pada pembicaraan di ranah pop culture  atau budaya popular. Sedangkan pembahasan mengenai budaya popular ini,  menjadi sangat menarik ketika dikaitkan dengan trend budaya masa kini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa  keberadaan budaya popular, bisa jadi merupakan refleksi dari  peradaban manusia.

Di sisi lain, keberadaan budaya populer sering dianggap sebagai sebuah kewajaran. Artinya, bagaimanapun fenomena budaya yang sedang terjadi di tengah masyarakat saat ini, cenderung dianggap hanya sebagai dampak dari perkembangan masa. Dengan demikian, nilai dari sebuah budaya populer kerap kali  justru terabaikan.

Gangnam style dapat dikategorikan sebagai wujud budaya popular ketika mengandung unsur (1) diakui dan disukai sebagai trend terbaru (2) memiliki keseragaman, artinya bahwa gerakan yang tertuang dalam gangnam style akhirnya ditiru oleh banyak orang (3) adaptabilitas, dimaksudkan bahwa budaya populer mudah dinikmati dan diadopsi oleh khalayak, hal ini mengarah pada tren (4) durabilitas, dimaknai bahwa budaya popular memiliki rentang waktu cukup lama untuk mempertahankan diri, dan (5) profitabilitas, yaitu budaya popular mampu menghasilkan keuntungan pada industri yang menaunginya.

Dalam fenomena gangnam style, dapat dikatakan bahwa  seni yang tertuang dalam lagu dan tarian merupakan salah satu bentuk budaya popular yang dinamika perkembangannya sangat pesat.  Jika diperhatikan lagu dan gerak dalam gangnam style, sebetulnya mempertontonkan sebuah peristiwa yang sangat biasa. Hal ini dapat digambarkan pada   (1) tarian yang cenderung bergaya aneh atau norak semacam kuda yang sedang berlari (2) alunan musiknya dinamis (3) formasi band nya hanya seorang diri. Poin ke tiga justru bertolak belakang dengan gejala Korean Pop (trend music dari Korea yang  disingkat menjadi  K-Pop) yang sedang trend. Sekalipun gangnam style berasal dari Korea tetapi pakemnya menabrak trend yang ada. Di Indonesia perkembangan budaya korea dimulai dari kekuatannya menguasai pasar drama televisi, setelah itu bergulir ke perkembangan band Korea berupa boyband dan girlband. Bahkan trend band ini banyak ditiru di Indonesia, karena menjadi industri hiburan yang cukup menjanjikan.

 

Ideologi Budaya Popular dan New Media

Begitulah menariknya mengamati budaya popular. Budaya popular selalu berubah dan muncul secara unik di berbagai tempat dan waktu. Dengan demikian, budaya popular dapat dikatakan sebagi suatu perspektif yang kompleks, di mana di dalamnya terdapat  dan nilai-nilai yang mempengaruhi masyarakat dengan berbagai cara. Intinya, dalam budaya popular terdapat pelembagaan gagasan-gagasan yang sistematis, yang sedang diartikulasikan oleh sekelompok masyarakat tertentu. Gagasan-gagasan  inilah yang kemudian dikenal sebagai ideologi (Storey, 2003), yang menjadi penanda munculnya simbol-simbol komunikasi dalam ruang publik.

Dalam fenomena gangnam style, simbol komunikasi yang dimunculkan justru ingin menunjukkan penyelewengan atau pendobrakan terhadap budaya yang mainstream. Trend pada satu jaman dapat diikuti atau bahkan ditutupi oleh jaman yang lainnya. Meski gangnam style mengusung spirit budaya Korea, tetapi terjangan terhadap trend jenis band berjumlah banyak mampu dipatahkan oleh Psy yang hadir secara solo. Kode-kode budaya yang diusung Psy menjadi letak kunci dari perkembangan trend dunia.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ideologi yang dibawa dalam budaya popular dapat menimbulkan keserempakan dan mendunia ketika ditopang oleh kekuatan media. Adapun media yang dimaksudkan di sini adalah keberadaan new media (media baru yang menggunakan jaringan internet). Seperti diungkapkan diawal tulian ini, bahwa para pesohor Hollywood turut serta menjadi endorser dalam menyebarkan virus gangnam style, dengan menyebarkan tautan youtube di dunia maya. Tak pelak sebahagian penghuni dunia yang terhubung dengan internet, menjadi kecanduan gerakan ritmis tarian kuda yang dapat menimbulkan daya tarik.

New media telah menjadi sarana yang teramat dahsyat, sehingga mampu menghipnotis dunia dalam sebuah keserampakan dan keseragaman sebuah budaya popular. Jargon simbolik dalam ruang komunikasi yang didukung oleh kemajuan teknologi, telah merasuk ke dalam relung ingatan penggunanya dan tertuang dalam  perilaku-perilaku yang unik, sebagaimana tarian kuda dalam gangnam style.

Dengan demikian dapat ditarik sebuah benang merah, bahwa ideologi budaya popular mampu merengkuh keserempakan, manakala didukung oleh teknologi komunikasi yang mampu menjangkau masayarakat secara massif. Hingga pada akhirnya budaya popular mampu mereproduksi tatanan baru interaksi individu dalam masyarakat. Bukti dari reproduksi tatanan dalam budaya popular tersebut, adalah tarian kuda yang ritmik dalam gangnam style. Maka memahami gangnam style, tidak dibutuhkan penilaian baik dan buruk. Namun yang ada hanyalah bagaimana masyarakat menikmatinya, siapkah anda bersama-sama dalam tarian kuda?

*Ike Devi Sulistyaningtyas, M.Si (Staff Pengajar Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

 

 

 

Search
Categories