Satu lagi buku karya mahasiswa FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta FISIP UAJY terbit. Kali ini tulisan karya Titus Febrianto Adi Nugroho alias Abi berjudul ‘Relasi Perempuan dan Laki-Laki: Sebuah Perspektif’ diterbitkan oleh IMPULSE (Institute for Multiculturalism and Pluralism Studies) bekerja sama dengan Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UAJY. Buku ini diolah dari hasil poling yang diselenggarakan oleh IMPULSE dan FISIP UAJY.
Peluncuran buku ini ditandai dengan penyelenggaraan diskusi di Perpustakaan Kota Yogyakarta, Jalan Sabirin, Kotabaru, Kamis (12/4/2012). Diskusi menghadirkan Abi selaku penulis dan Gutomo Priyatmono, direktur Impulse. Peserta terdiri dari mahasiswa, pula penggiat LSM, dan praktisi.
Menurut Abi, buku ini berisi deskripsi mengenai konstruksi- konstruksi dalam praksis relasional perempuan dan laki- laki. Konstruksi tersebut terbangun dalam tataran relasi di level keluarga, sekolah, lingkungan sekitar, organisasi dan masyarakat luas, hingga primordialitas. Konstruksi tersebut menjadi misoginis (kelaki- lakian dan ‘anti’ perempuan) karena praktik relasi yang timpang selama ini. Untuk menyikapinya dibutuhkan sebuah perspektif alternatif, yakni feminisme.
Bagaimana jika ternyata, bukan hanya ketimpangan relasional akar masalahnya? “Menurut saya, yang menjadi permasalahan utama bukanlah ketimpangan antara laki-laki dan perempuan, melainkan sistem neolib dan kapitalistik yang pada akhirnya mengeksploitasi baik perempuan maupun laki- laki,” ujar seorang mahasiswi Universitas Gajah Mada dalam sesi tanya- jawab.
Gutomo Priyatmono membenarkan bahwa memang sistem kapital tidak hanya mengeksploitasi, namun sekaligus pula mengkonstruksi citra ideal seorang perempuan. Pada akhirnya perempuan sendiri yang merelakan dirinya dieksploitasi.
Abi menyikapi hal tersebut dengan melihat kenyataan sekalipun di luar sana diakui kapital pula menjadi akar masalah, namun bagi perempuan eksploitasi seolah menjadi bertingkat/ ganda. “Di satu sisi ia dieksploitasi oleh pemodal, namun ketereksploitasiannya ini tidak lantas menyirnakan posisi subordinatnya dalam proses relasi, ujar Abi. (bi/mb)