Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta menggelar Kuliah Umum dengan tema: “Bisnis Media Masa Depan dan Dampaknya bagi Masyarakat” dengan narasumber Hary Tanoesoedibjo, CEO Media Nusantara Citra (MNC Group), Jumat (11/5/2012) pukul 09.00-11.00 di Auditorium FISIP UAJY, Jalan Babarsari 6 Yogyakarta. Acara ini terbuka untuk umum dan gratis. Peserta bisa mendaftarkan diri melalui Twitter @masboi atau SMS 08163284769 (Nama/Institusi).
Hari Tanoe bisa dibilang sosok pengusaha media yang sedang moncer. Kiprahnya di bidang media dimulai tahun 2002, ketika ia membentuk MNC Grup. Di sinilah ambisinya untuk menjadi menjadi jawara bisnis media penyiaran dan telekomunikasi terbentuk.
Pada saat awal, produk utama dari grup perusahaannya ini adalah televisi nasional RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia). Menurutnya, tantangan pengembangan bisnisnya kali ini adalah keharusan untuk berbagai aset-aset lain.
Di bawah naungan PT Media Nusantara Citra (MNC), tidak sampai lima tahun, Hary berhasil menguasai saham mayoritas. Saham MNC sendiri awalnya 99,9% dimiliki oleh Bimantara Citra, grup usaha yang dahulunya dimiliki oleh Bambang Trihatmodjo, putra mantan Presiden Soeharto.
Sejak memiliki Bimantara, Hary kian agresif di bidang media. Ditambah lagi, berkat kemampuannya untuk menentukan perusahaan-perusahaan media mana yang berpotensi untuk berkembang dan mengakuisisinya.
Saat ini, dibawah Grup MNC, bisnis media yang dimilikinya menjadi bermacam-macam. Antara lain adalah tiga stasiun TV nasional; RCTI, Global, dan MNC Tv dengan pangsa pasar 37 % khalayak nasional. Selain itu, dirinya pun ekspansi 16 televisi lokal dan beberapa tv berlanganan dengan merek Indovision, Top TV dan Oke Vision.
Ketiga televisi berlangganan yang dimilikinya, diakui Hary memiliki pangsa pasar sebesar 78% pemirsa nasional dari seluruh pelanggan televisi berlangganan. Selain itu, ia juga memiliki media cetak bernama Koran SINDO (Seputar Indonesia), sejumlah majalah, media online, serta 34 radio. Dari keseluruhan media yang dimiliki karyawan yang dimilikinya sejumlah 13500 orang. “Awalnya hanya 1300 karyawan,” akunya.
Selama 8 tahun hingga 2010, Hary mengakui, nilai pengembangan bisnisnya terus berkembang. Contohnya RCTI, ketika mengembangkannya pertamakali pada tahun 2002 ia memerlukan investasi sebesar Rp 900 miliar, itupun dari segi komersial, variasi media, serta karyawan. Namun, saat ini angkanya meningkat menjadi Rp 7 triliun.
Dalam memimpin MNC Group, ia memiliki prinsip integrasi media yang saling bersinergi. Menurutnya, disinilah terjadi ekonomi multi kemampuan. Contohnya dalam pengembangan TV, satu tower bisa dipakai bersama-ssama, dalam penjualan iklan dilakukan sistem paket sesama TV dan media cetak. “Dalam bidang industri apapun, intinya kita harus terdepan dalam segala hal dan berbeda. Selain itu harus memiliki isi yang beragam,” ujarnya. (SME & Entrepreneurship Magazine, edisi Januari 2011)