Naratama Rukmananda: The future of TV is the content
Wajah dan suara Program Director Voice of Amerika (VOA), Naratama Rukmananda, dari Washington DC, Amerika Serikat, muncul di Auditorium FISIP UAJY. Sekitar tujuh puluh mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi FISIP UAJY bersemangat mengikuti kuliah online mengenai Televisi Digital, Selasa (26/5/2015) lalu.
Melalui Skype dan tambahan peralatan audio-visual sederhana, teleconference pun dimulai. Jarak Jogja-Amerika seolah tak mampu mengubah antusisme pembelajaran di kampus FISIP UAJY pagi itu. Naratama, orang Indonesia asli yang sudah malang melintang di dunia penyiaran dan sepuluh tahun terakhir menetap di Amerika, langsung akrab dengan para mahasiswa yang sudah siap di “hadapannya”. Materi pengetahuan dan keterampilan mengenai dunia penyiaran mutakhir meluncur lancar tanpa kendala audio-visual yang berarti. Layaknya kuliah sehari-hari.
Peluang teleconference itu ditangkap oleh Yohanes Widodo, M.Sc., dosen Manajemen Media Penyiaran. Sistem kuliah online dan tema kuliah saat itu sendiri menjadi dua hal yang klop. Keduanya pun pas dengan kondisi pertelevisian satu dekade ke depan.
Naratama menyampaikan bahwa sistem pertelevisian dunia lima sampai sepuluh tahun lagi akan segera beralih ke digital dan streaming dan berangsur meninggalkan sistem siaran (broadcast).
“Konten program menjadi raja (the future of television is the content), sehingga video on demand yang menjamin keleluasaan publik memilih sendiri program televisi yang mereka butuhkan akan mengemuka,” ujar Naratama.
Naratama menambahkan, kecepatan dan keakuratan informasi menjadi tantangan tersendiri.
Beberapa mahasiswa yang mengambil kesempatan interaktif dengan Naratama menyinggung dinamika keduanya. Potensi apa yang dapat diakomodasi dan dampak negatif apa yang harus diantisipasi. Diskusi menjadi lebih hangat saat menyinggung soal pengetahuan dan keterampilan baru yang harus disiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia televisi mutakhir itu. Pembahasan mengenai etika pun memperluas wacana.
Kuliah online itu membuktikan bahwa pembahasan mengenai materi yang mendalam tak bisa terhalang jarak dan perbedaan waktu. Potensi teleconference ini layak untuk terus dikembangkan dan disempurnakan. Gelontoran teknologi perlu disikapi dengan kecepatan respons dan kearifan pemanfaatannya. Keberadaannya perlu dinikmati dan dijaga.
Semoga kuliah online kali ini dapat mendorong kuliah serupa dalam disiplin ilmu yang beraneka rupa. [lukasdeni/mb]