Salah satu keprihatinan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dewasa ini adalah lemahnya posisi ideologis pelaku pendidikan. Pendidikan hanya dijalankan tanpa pijakan filosofis yang kokoh. Implikasinya arah pendidikan mudah goyah oleh isu-isu sesaat yang akan sia-sia kalau diikuti.
Menanggapi hal tersebut, Yayasan Dinamika Edukasi Dasar (DED) bekerja sama dengan FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta menggelar seri diskusi pemikiran pendidikan dengan tema “Pendidikan Pemerdekaan dalam Praksis Pendidikan di Sekolah”. Acara akan digelar pada hari Kamis, 19 April 2012 pukul 09.00-12.00 di Ruang Konferensi Gedung Perpustakaan UAJY Lantai 4, Jalan Babarsari 6Yogyakarta, menghadirkan pembicara Dr. Francis Wahono Nitiprawiro (Yayasan Cindelaras Yogyakarta ) dan Eko Prasetyo (PusHAM Universitas Islam Indonesia).
Dalam diskusi putaran II akan dibahas aliran pemikiran pendidikan kritis/emansipatoris. Pendidikan kritis memiliki tokoh-tokoh seperti Paulo Freire, Michael W. Apple, Henry A. Giroux, Peter McLaren Ivan Illich, dan YB Mangunwijaya selalu menegaskan bahwa pendidikan bersifat politis, artinya setiap kebijakan pendidikan yang dibuat pemerintah selalu mengandung kepentingan politis, untuk melanggengkan kekuasaannya. Pendidikan kritis selalu memandang adanya relasi antara knowledge dan power.
Pendidikan dalam pendidikan kritis tidak bersifat netral, tetapi memihak pada kepentingan dan ideologi pembuatnya, seperti yang ditulis YB Mangunwijaya; “Sebab kita tidak boleh lupa, bahwa masalah pengajaran dan pendidikan de facto adalah masalah kekuasaan, entah kita suka atau tidak.”
Kontak Informasi: Yohanes Widodo @masboi 08163284769.