Isu Pekerja Migran dan Media Internasional

Analisis Kedaulatan Rakyat, 1 Mei 2012

Oleh : Lukas S Ispandriarno

KEMAJUAN teknologi komunikasi memberi peluang bagi isu-isu seputar pekerja migran Indonesia tampil di media internasional. Selain isu terbaru tentang demo besar di Lapangan Merdeka Kuala Lumpur, penembakan Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia diberitakan berbagai media online, penyiaran maupun cetak. Sumber berita berasal dari media domestik seperti kantor berita Antara dan Bernama maupun media cetak lokal yang kemudian disebarluaskan oleh saluran internasional seperti BBC news, Yahoo, Xinhua.

Perspektif komunikasi internasional menjelaskan bagaimana arus informasi berjalan tidak seimbang dari negara maju ke negara kurang maju, terbelakang, atau pinggiran. Hal ini terlihat sejak perang dunia di mana negara yang memiliki kelebihan dalam saluran komunikasi dapat melakukan propaganda yang bersifat internasional tentang ideologinya. Saluran komunikasi semula terbatas pada barang cetakan berupa selebaran, buku, lalu radio kemudian televisi. Kini saluran semakin semakin beragam, mudah dan cepat melalui online.

Pertanyaannya, apakah ketidakseimbangan arus informasi masih saja berlangsung? Hingga kini media global cenderung menyajikan informasi dari negara pinggiran berupa kesedihan seperti bencana alam, kemiskinan, penyakit dan konflik. Sebaliknya berita seputar kesuksesan politik dan ekonomi membanjir dari negara maju ke negara sedang berkembang. Penembakan TKI di Malaysia dapat dikategorikan sebagai isu menyedihkan karena di antara dua negara bertetangga seolah tidak habis-habisnya berkonflik. Lebih menyedihkan lagi karena Indonesia senantiasa berada di posisi lemah, menyerah, kalah, tak berdaya. Pemerintah cenderung terlambat merespons dan terlihat tidak memiliki komitmen melindungi pekerja migran. Dalam perkara penembakan tiga TKI, media besar dan terpercaya di Indonesia cenderung hati-hati dalam mengabarkan isu ini, misalnya penggunaan istilah adanya jual beli organ tubuh. Di sisi lain media-media Malaysia, misalnya The Star (26/4/) membantah isu itu dengan mengangkat judul ”Organ harvest claims not true”.

Mengutip pejabat setempat, Star mengatakan ketiga TKI adalah kriminal, dan autopsi (post-mortem) dilakukan dua hari setelah kejadian. Bila organ-organ akan diambil, tindakan harus dilakukan segera, agar tidak sia-sia karena tidak bisa digunakan. Berbagai media di Jakarta mengutip hasil autopsi Kepolisian Indonesia membuktikan tidak adanya pengambilan organ.

Berita senada juga disiarkan Xinhua Dua contoh media internasional lain dalam kasus ini adalah BBC dan Yahoo Philippines. Yahoo Philippines yang mengambil sumber sebuah media di Jakarta, kantor berita AFP dan AsiaNewsNetwork (27/4) mengutip pendapat seorang anggota DPR yang mengatakan hubungan Indonesia dan Malaysia tidak putus setelah adanya dugaan kasus penjualan tubuh. Kabar terbaru (ph.news.yahoo.com, 29/4) mengutip pemberitaan AFP dua minggu sebelumnya bertajuk Indonesia ratifies convention on migrant workers. Intinya, Parlemen Indonesia telah meratifikasi sebuah konvensi PBB tentang perlindungan pekerja migran yang diharapkan memberikan tawaran hak-hak lebih besar kepada jutaan pekerja Indonesia di luar negeri.

Bagaimana dengan BBC? Sebelum Soeharto jatuh, Radio BBC merupakan media massa internasional favorit bagi khalayak di Indonesia maupun warga Indonesia di manca negara. Seiring dengan pemberlakuan sistem politik demokrasi serta kebebasan pers yang lebih nyata, berita-berita kritis banyak dipublikasikan oleh media nasional bahkan lokal sehingga BBC kurang mendapat tempat. Dibanding isu TKI, BBC versi online lebih banyak memberitakan demo besar-besaran di Lapangan Merdeka Kuala Lumpur.

Di laman bbc.co.uk/indonesia (28/2) tertulis judul Malaysia sediakan SMS untuk pesan PRT. Kementerian Tenaga Kerja mengatakan sekitar 7.000 calon siap diberangkatkan ke Malaysia. Selain itu Persatuan Agen Pembantu Rumah Tangga Asing (PAPA) Malaysia membentuk nomor telepon khusus dan SMS untuk memesan pembantu rumah tangga asal Indonesia. Hebatnya, layanan khusus ini sudah menjaring 600 telepon dan SMS dalam waktu tiga jam dan dalam seminggu kemungkinan terdapat 10.000, kata Pejabat PAPA Malaysia, Jefry Foo. Lembaga keagenan pembantu rumah tangga ini memperkirakan 35.000 keluarga Malaysia membutuhkan pembantu rumah tangga. Malaysia memang menjadi salah satu tujuan utama para pekerja migran Indonesia yang kebanyakan adalah perempuan.

Menurut data ILO, setiap tahun sebanyak 700.000 pekerja pergi ke luar negeri dengan tujuan utama Timur Tengah (Arab Saudi) dan Asia (Malaysia). Organisasi Buruh Internasional dalam situsnya mengingatkan bahwa pembantu rumah tangga secara tidak proporsional mengalami berbagai bentuk eksploitasi berlebihan seperti pemaksaan dan penjualan tenaga kerja.

Media online yang disediakan oleh berbagai lembaga internasional sebenarnya telah memberikan informasi memadai bagi khalayak Indonesia. Dengan mengakses media tersebut, warga negara Indonesia dan calon pekerja migran dapat lebih waspada menghadapi beragam tantangan. Media domestik maupun lokal membantu penyebaran informasi bagi warga masyarakat di berbagai pelosok perkotaan dan perdesaan sambil mendorong komitmen pemerintah pada perlindungan pekerja migran.

(Penulis adalah Dosen FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Search

Pengumuman