Bernas Jogja, 5 April 2013
JOGJA–Kemajuan dan perkembangan jaman yang semakin mengglobal ternyata juga memberi dampak yang cukup signifikan terhadap dunia jurnalistik di Indonesia. Posisi jurnalis menjadi dilematis dibawah bayang-bayang kekuatan pemilik modal.
“Kekuatan pemilik modal dapat menggerus idealisme dan independensi jurnalis yang merupakan bagian penting dalam memberikan informasi pada ranah publik,” ungkap pakar komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Dr Lukas Ispandriarno dalam diskusi bedah buku ‘Dapur Media’ karya Basil Triharyanto itu di kampus setempat, Kamis (4/4).
Menurut Dekan FISIP UAJY tersebut, saat ini para jurnalis atau wartawan tidak hanya menulis dengan secara cover both side. Namun juga multi both sides. Hal tersebut dapat terjadi karena banyaknya kepentingan dalam ranah media.
Sementara Basil mengemukakan, buku yang ditulisnya merupakan sebuah antologi dari berbagai tulisan yang berasal dari para jurnalis di berbagai media besar yang ada di Indonesia saat ini. Buku itu ditulis menggunakan jurnalisme sastra.
“Sebaiknya warga masyarakat tidak hanya silau dengan besarnya nama media karena kebanyakan media memiliki berbagai persoalan internal yang cukup pelik, terutama dalam hal independensi serta netralitas sebagai media dan kepentingan pemilik modal yang ada,” ungkapnya. Basil menambahkan, media saat ini banyak diintervensi oleh kepentingan politik dan ekonomi. Akibatnya sering terjadi pergesekan antara pemilik modal dengan tim redaksi yang megawal berita. Wakil dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) DIY, Rochimawati mengatakan, saat ini banyak perusahaan media yang enggan mengurus serikat pekerja di lingkungan perusahaan pers. Padahal sebenarnya jika dikaji, kebutuhan akan serikat pekerja dalam sebuah industri media akan membantu para jurnalis dari berbagai permasalahan yang menimpa para wartawan dalam perusahaan
tersebut. “Perusahaan media banyak yang enggan untuk membentuk serikat pekerja. Hal tersebut dikarenakan jika terbentuk serikat pekerja maka perusahaan akan berada dalam posisi sulit ketika terjadi permasalahan yang muncul selain ada pula keengganan para jurnalis untuk tergabung dalam kelompok serikat pekerja,” jelasnya.(dwi)